Sabtu, 30 Juni 2012

Asal Usul Ayam


Berdasarkan nilai ekonomisnya, ayam di dunia dikelompokkan
menjadi dua, yaitu ayam lokal atau ayam asli dan ayam ras. Ayam lokal
belum disentuh teknologi seleksi dan/atau persilangan. Ayam lokal
Indonesia hanya mampu memproduksi telur 70-100 butir/tahun, dan
mencapai bobot 0,7-1,0 kg pada umur 12 minggu. Ayam ras dapat
menghasilkan telur hingga 275 butir/ekor/tahun. Pertumbuhannya
pun cepat, mencapai bobot 2 kg/ ekor dalam waktu 4-6 minggu.
Ayam lokal di dunia berasal dari ayam hutan. Ada empat spesies
ayam hutan, yaitu ayam hutan merah (red junglefowl, Gallus gallus),
abu-abu (grey junglefowl, Gallus sonneratii), ayam hutan India atau
ayam hutan Sri Lanka (junglefowl, Gallus lafayetii), dan ayam hutan
hijau (green junglefowl, Gallus varius), yang hanya ada di Indonesia
untuk dijadikan tetua ayam bekisar. Ketiga spesies ayam hutan
lainnya didomestikasi untuk mendapatkan telur dan daging.

Dengan menggunakan ilmu genetika molekuler, para peneliti dari
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Balai Penelitian Ternak-
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada, Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor,
telah melakukan penelitian keanekaragaman sumber daya
hayati ayam lokal Indonesia. Salah satu bab dari laporan tersebut ditulis
oleh Sri Sulandari, M.S.A. Zein, Sri Paryanti, dan Tike Sartika, yang
membahas asal-usul ayam domestikasi seperti diuraikan berikut ini.
Domestikasi ayam pertama kali di dunia terjadi di sekitar Sungai
Kuning, Henan di Cina sekitar 6000 tahun sebelum Masehi (SM),
kemudian di Lembah Hindus, India sekitar 2000 tahun SM. Domestikasi
pada awalnya bertujuan untuk menyediakan ayam sabung bagi
kerajaan. Ayam hasil domestikasi kemudian menyebar ke Mesir (157-
1320 SM), Suriah (2400 SM), Rumania (600 SM), dan Korea (300
SM). Beberapa daerah sebaran lainnya ditemukan di Afrika (Mali,
Afrika Selatan, Rwanda, Mozambik, Nigeria dan Kongo) dan Eropa
(Spanyol, Swedia dan Inggris). Pada awal domestikasi, kedudukan
ayam masih dikaitkan dengan berbagai pemujaan, sebagai lambang
keperkasaan (ayam jago untuk kejantanan),
lambang kesuburan (ayam betina untuk perempuan),
dan simbol cahaya dan kesehatan. Bahkan pada zaman Romawi, ayam
banyak digunakan sebagai azimat dan hewan korban kepada dewa
mereka (ayam putih dan hitam).

sumber:
Balai Penelitian Ternak
Jalan Raya Tapos, Ciawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar